KEAJAIBAN POHON JATI TAMINAH
Siapa yang tidak kenal dengan kayu jati, kayu yang mempunyai nilai jual yang tinggi. menurut catatan kayu jati Indonesia terkenal dengan kualitas terbaik di dunia.
Ada satu cerita menarik tentang pohon jati, pada tahun 2007 tepatnya tanggal 23 Agustus, terjual satu pohon jati berusia 150 tahun dengan diameter tengah 3 meter dan tinggi 25 meter di Blora Jawa Tengah. Fantasticnya harga pohon jati tersebut mencapai 1 milyar rupiah.
Bayangkan betapa tua, besar dan mahalnya pohon jati tersebut. Sayangnya pohon tersebut sudah tidak bisa dilihat lagi karena sudah menjadi mebel (meja, kursi dll). Tetapi jika penasaran untuk melihat pohon jati yang besar dan tua yag lain, kita bisa datang ke daerah Jawa Tengah tepatnya di daerah Blora, di kawasan hutan Gubug Payung.
Saya sendiri belum pernah kekawasan hutan Gubug Payung tersebut, tetapi saya bisa membayangkan betapa besarnya pohon tersebut dan tuanya. Karena dikawasan Taman Mini “Indonesia Indah” ada satu monumen Pohon Jati yang berdiri tegak sebagai monumen alam, peninggalan flora Bangsa Indonesia. Pohon jati tersebut terkenal dengan nama POHON JATI TAMINAH.
POHON JATI TAMINAH
Kayu Jati Taminah mempunyai ukuran diameter 2 meter atau keliling atas 6,58 meter. Ketika masih hidup pohon tersebut mempunyai tinggi 45 meter dan tumbuh di Kawasan Hutan Unit I Perum Perhutani, Kabupaten Blora, Jawa Tengah
Akarnya saja mempunyai lebar 7.10-11.70 meter yang menunjang berdirinya pohon tersebut.
Siapa yang tidak kenal dengan kayu jati, kayu yang mempunyai nilai jual yang tinggi. menurut catatan kayu jati Indonesia terkenal dengan kualitas terbaik di dunia.
Ada satu cerita menarik tentang pohon jati, pada tahun 2007 tepatnya tanggal 23 Agustus, terjual satu pohon jati berusia 150 tahun dengan diameter tengah 3 meter dan tinggi 25 meter di Blora Jawa Tengah. Fantasticnya harga pohon jati tersebut mencapai 1 milyar rupiah.
Bayangkan betapa tua, besar dan mahalnya pohon jati tersebut. Sayangnya pohon tersebut sudah tidak bisa dilihat lagi karena sudah menjadi mebel (meja, kursi dll). Tetapi jika penasaran untuk melihat pohon jati yang besar dan tua yag lain, kita bisa datang ke daerah Jawa Tengah tepatnya di daerah Blora, di kawasan hutan Gubug Payung.
Saya sendiri belum pernah kekawasan hutan Gubug Payung tersebut, tetapi saya bisa membayangkan betapa besarnya pohon tersebut dan tuanya. Karena dikawasan Taman Mini “Indonesia Indah” ada satu monumen Pohon Jati yang berdiri tegak sebagai monumen alam, peninggalan flora Bangsa Indonesia. Pohon jati tersebut terkenal dengan nama POHON JATI TAMINAH.
POHON JATI TAMINAH
Kayu Jati Taminah mempunyai ukuran diameter 2 meter atau keliling atas 6,58 meter. Ketika masih hidup pohon tersebut mempunyai tinggi 45 meter dan tumbuh di Kawasan Hutan Unit I Perum Perhutani, Kabupaten Blora, Jawa Tengah
Akarnya saja mempunyai lebar 7.10-11.70 meter yang menunjang berdirinya pohon tersebut.
Sebelum tumbang pada tanggal 15 Januari 1971, usia pohon tersebut 280 tahun, jadi pertama kali ditanam pada tahun 1691. berarti ditanam pada jaman VOC-Belanda.
Kayu Jati Taminah yang saat ini berada di Taman Mini “Indonesia Indah” mempunyai cerita yang menarik yang akan saya ceritakan hingga bisa sampai di Jakarta. Serta kenapa juga dinamakan Pohon Jati Taminah, itu pun ada ceritanya.
SEBUAH CERITA TENTANG JATI TAMINAH
Pada tengah malam tanggal 15 Januari 1971 di desa Tanggel tiba-tiba dikejutkan dengan suara gemuruh membahana, rupanya sebuah pohon jati yang besar telah tumbang.
Menariknya hingga tahun 1973, tidak ada seorangpun penduduk desa yang menjamahnya apalagi memotong-motong ranting, dahan cabang dan batang pohon jati tersebut.
Walaupun seluruh pohon jati sudah rebah diatas tanah, penduduk masih tetap menghormatinya. Karena mereka menganggap sebagai pohon keramat.
Rupanya pohon jati tersebut sejak 1928 sudah dapat menggentarkan hati bagi siapa saja yang menatapnya, sebuah pohon jati yang berdiri bagaikan raksasa yang tegap dan tumbuh menjadi sebuah pohon jati yang luar biasa.
Pada tahun 1928 tersebut pimpinan kehutanan menunjuk Pak Taminah sebagai pemelihara pohon kayu jati tersebut, karena dianggap keramat penunjukan tersebut disertai upacara selamatan tradisional dengan memotong seekor lembu dan upacara pesta kerakyatan dengan makan bersama di sekitar pohon Jati tersebut. Nah sejak hari itu pohon jati raksasa itu disebut Jati Taminah dan tidak ada seorangpun yang diijinkan untuk menebang pohon jati Taminah kecuali Pak Taminah atau pun anak cucu keturunannya. Menarik kan.
SIAPA PAK TAMINAH
Pak Taminah adalah seorang penebang kayu (Blandong). Sebenarnya nama aslinya Pak Taminah adalah Pak Tasrip (1870-1940) yang berasal dari dukuh Gumeng desa Tanggel kecamatan Randublatung, Taminah adalah nama anaknya yang pertama. Jadi kebiasan di tanah Jawa, bila memanggil seseorang dengan sebutkan anaknya yang pertama, seperti Pak Taminah, yaitu bapaknya anak yang bernama Taminah.
Di Kesatuan Pemangkuan Hutan Randublatung banyak pohon jati yang keramat dan tidak semua blandong berani menebangnya. Pak Taminah dianggap yang paling berani dan mempunyai kekuatan gaib yang dapat menebang pohon-pohon jati itu. Karena alasan tersebut dipilihnya Pak Taminah sebagai penjaga Pohon Jati Taminah.
Pak Taminah meninggal pada usia 70 tahun (tahun 1940), pohon Jati Taminah masih tetap berdiri. Masyarakat makin menganggap pohon Jati Taminah itu sebagai keramat dan memang pohon jati tersebut sungguh ajaib.
KEAJAIBAN POHON JATI TAMINAH
Tahun 1973 akhirnya masyarakat setempat dan perhutani mau mempersembahkan Pohon Jati Taminah untuk dibawa ke Jakarta, setelah ± 3 tahun setelah tumbang dibiarkan tanpa ada yang berani menyentuhnya. Sebelum dibawa ke Jakarta diadakan upacara sesaji tradisional dulu.
Pohon Jati Taminah kemudian dipotong-potong oleh para alih waris Pak Taminah almarhum. Sesudah batang pohon Jati Taminah itu selesai dipotong pada 2,85 meter yang menjadi tunggaknya, keajaiban muncul, secara serentak potongan-potongan tersebut berdiri tegak kembali.
Pada tengah malam tanggal 15 Januari 1971 di desa Tanggel tiba-tiba dikejutkan dengan suara gemuruh membahana, rupanya sebuah pohon jati yang besar telah tumbang.
Menariknya hingga tahun 1973, tidak ada seorangpun penduduk desa yang menjamahnya apalagi memotong-motong ranting, dahan cabang dan batang pohon jati tersebut.
Walaupun seluruh pohon jati sudah rebah diatas tanah, penduduk masih tetap menghormatinya. Karena mereka menganggap sebagai pohon keramat.
Rupanya pohon jati tersebut sejak 1928 sudah dapat menggentarkan hati bagi siapa saja yang menatapnya, sebuah pohon jati yang berdiri bagaikan raksasa yang tegap dan tumbuh menjadi sebuah pohon jati yang luar biasa.
Pada tahun 1928 tersebut pimpinan kehutanan menunjuk Pak Taminah sebagai pemelihara pohon kayu jati tersebut, karena dianggap keramat penunjukan tersebut disertai upacara selamatan tradisional dengan memotong seekor lembu dan upacara pesta kerakyatan dengan makan bersama di sekitar pohon Jati tersebut. Nah sejak hari itu pohon jati raksasa itu disebut Jati Taminah dan tidak ada seorangpun yang diijinkan untuk menebang pohon jati Taminah kecuali Pak Taminah atau pun anak cucu keturunannya. Menarik kan.
SIAPA PAK TAMINAH
Pak Taminah adalah seorang penebang kayu (Blandong). Sebenarnya nama aslinya Pak Taminah adalah Pak Tasrip (1870-1940) yang berasal dari dukuh Gumeng desa Tanggel kecamatan Randublatung, Taminah adalah nama anaknya yang pertama. Jadi kebiasan di tanah Jawa, bila memanggil seseorang dengan sebutkan anaknya yang pertama, seperti Pak Taminah, yaitu bapaknya anak yang bernama Taminah.
Di Kesatuan Pemangkuan Hutan Randublatung banyak pohon jati yang keramat dan tidak semua blandong berani menebangnya. Pak Taminah dianggap yang paling berani dan mempunyai kekuatan gaib yang dapat menebang pohon-pohon jati itu. Karena alasan tersebut dipilihnya Pak Taminah sebagai penjaga Pohon Jati Taminah.
Pak Taminah meninggal pada usia 70 tahun (tahun 1940), pohon Jati Taminah masih tetap berdiri. Masyarakat makin menganggap pohon Jati Taminah itu sebagai keramat dan memang pohon jati tersebut sungguh ajaib.
KEAJAIBAN POHON JATI TAMINAH
Tahun 1973 akhirnya masyarakat setempat dan perhutani mau mempersembahkan Pohon Jati Taminah untuk dibawa ke Jakarta, setelah ± 3 tahun setelah tumbang dibiarkan tanpa ada yang berani menyentuhnya. Sebelum dibawa ke Jakarta diadakan upacara sesaji tradisional dulu.
Pohon Jati Taminah kemudian dipotong-potong oleh para alih waris Pak Taminah almarhum. Sesudah batang pohon Jati Taminah itu selesai dipotong pada 2,85 meter yang menjadi tunggaknya, keajaiban muncul, secara serentak potongan-potongan tersebut berdiri tegak kembali.